Friday, 28 October 2016

Towards Life's Goals

As we venture through the pathways of our life, each individual would carry an immense responsibility to build up the state of their future along. Each of us would stand with our own dreams and goals, on what to be accomplished in life, like securing a well-respected career, driving around in luxury cars, residing in elite residential,  strut in designer collections, and so on.

Along the pathways that will lead to our desired goals, we might stumble upon with these two kind of challenges :

1) Internal challenges. That existed in the form of our own lust, and the whisper of doubt from syaitan. 

2) External challenges. That existed in form of threat, set backs and something out of our own control and will.

Both kinds of challenges will always come after us, that existed in any forms possible, at around the clock. It will then come down crushing, up to the point when we could not be able to confront it anymore, unless with the help and guidance from Allah S.W.T. 

If you find absolutely no way,
Allah can make the best way.

The prime reason why Allah imposed all sorts of challenges and tests to us, nothing short of distinguishing between a particular individual as compared to the rest of His worshippers. Through the test, it will clearly show the exact individual who succeed through from His trials and those who simply gave up.

This come close in His firman of :


(al-Ankabut : 3)

For those who have placed their utmost reliance to Allah, they will have the sense of being close together with His bless. Wherever they step their foot in this world, the existence of Allah will stay blooming in their heart. This kind of connection will somehow fuse a powerful strength that exerting from the inside of that individual. 

As such, for the Muslim worshippers to be istiqamah in Islam and along the road of tarbiyah, one does not simply rely on their own good deeds and daily ibadah. Also not just by blending through their islamic surrounding, nor by placing their reliance to their own heart. 

Human heart is known to easily fall in vacillation. If we place our reliance towards something that is weak and vulnerable in nature, it cannot stay in the sturdy state and that reliance will be gradually faded in times.

But still, some of us might think that because they already veered off course from true Islam's teaching, or they already being masked with tons of sins, the guidance and forgiveness from Allah is no longer viable to attain. Besides, there is also a few who posses a thought of Allah is just too far from them, to an extent that by asking for His help is merely being a worthless act.

Find Allah first. And He will do the rest.

Furthermore, Allah clearly stated in surah an-Nas and al-Falaq, upon the importance of placing the utmost reliance to Him, regardless of the situation and hardship that we might face. Proceeding after surah an-Nas, Allah tells us about surah al-Falaq, that hold the meaning of 'The Day Break'.

If we take a closer insight into this surah, it heavily refers to the all-pervasive power of Allah which extends from the tiny creation of the young shoot to the manoeuvering of the huge planets, such as the sun and the moon, in the distant universe. By using His divine attribute of al-Falaq, the idea is to impress upon the mind of the believer that it is Allah alone Who can protect one from evils.

Besides, Allah clearly wanted us to get protection towards all sort of evils of the world. Allah created the dangers to human, so that we could seek our refuge towards Him. Among the evil things that Allah created, the emphasise are being place on these matters :

1) Evil of the intense darkness 
2) Evil of those who cast evil
3) Evil of the envier

As for these three actions, we do not have the sufficient power to stop it, unless with the sole help of Allah. This explained in His firman of :

"And they followed [instead] what the devils had recited during the reign of Solomon. It was not Solomon who disbelieved, but the devils disbelieved, teaching people magic and that which was revealed to the two angels at Babylon, Harut and Marut. But the two angels do not teach anyone unless they say, "We are a trial, so do not disbelieve [by practicing magic]." And [yet] they learn from them that by which they cause separation between a man and his wife. But they do not harm anyone through it except by permission of Allah . And the people learn what harms them and does not benefit them. But the Children of Israel certainly knew that whoever purchased the magic would not have in the Hereafter any share."

(al-Baqarah : 102)

There is no might or power, except by Allah. 

As we march through our challenging pathways of life, especially when we have chosen the road of dakwah as our destined goal, the set backs and difficulties will certainly come down tumbling toward us. These kind of difficulties will be out of our control and will try to take us down. 

So then, what will be our 'supply' in order for us to reach our goal? Simple, by taking refuge with Allah's power. It simply cannot be attained through our daily doa recitation and prayers, but also with the blazing spirit and sturdy iman being wholly nurtured into us. 

To sum up, this whole life's journey is still long to be ventured through. And there is still a lot that left stacked on our bucket list, awaiting to be accomplished by our own will. That is why the practise of istiqamah is vital among us as the Muslim individuals. Stop making the internal and external challenges as the excuse, in delaying the much needed self-improvement of ourselves and surrounding society towards the better. This is the exact time when you need to discard all of the mounting excuses away.


Written by : Inche Songkok Hitam 

Saturday, 22 October 2016

Bila datang petunjuk



Hidup tanpa petunjuk dan hidayah dari Allah ibarat si buta yang berjalan tanpa tongkat, sesat,gelap, dan tiada hala tuju. Justeru, adalah amat penting untuk kita berusaha mencari arah dan tujuan hidup kita. Petunjuk dan hidayah datangnya dari Allah, maka sebagai hambaNya, kita haruslah sentiasa berdoa dan berusaha agar diberikan petunjuk dari Allah. Banyak contoh dan kisah teladan yang Allah telah tunjukkan di dalam Al-Quran tentang kisah umatnya yang mengendahkan petunjuk yang diberi seperti dalam surah Yasin ayat 13-17.

Surah Yasin ayat 13 hingga 17 menceritakan tentang sebuah negeri yang diutuskan Allah dengan dua orang rasul sebagaimana Allah mengutuskan Musa AS dan Harun AS kepada Firaun dan pengikutnya. Tetapi penduduk negeri itu tetap mendustakan keduanya. Lalu Allah mengutus seorang lagi rasul yang ketiga untuk menegaskan bahawa mereka adalah sebenar-benar utusan dari Allah yang datang untuk menyampaikan perintah Allah swt.

Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian kami kuatkan dengan (utusan) ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu". Mereka (penduduk negeri) menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka." Mereka berkata: "Rabb kami lebih mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas"
[36: 13-17]

Namun penduduk negeri itu tetap tidak mahu menerima apa yang di bawakan oleh ketiga-tiga orang rasul tersebut. Mereka malahan mencemuh dan mengancam rasul-rasul tersebut seperti yang digambarkan dalam ayat ke-18 :

Mereka (penduduk negeri) mejawab: "sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. sungguh jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), nescaya akan kami rejam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami"[36:18]

 Kemudian datanglah seorang lelaki dari hujung negeri menyeru kaumnya supaya mengikuti rasul-rasul tersebut. Namun lelaki itu akhirnya gugur syahid kerana dibunuh oleh kaumnya. Ketika dia akan meninggal, malaikat turun kepadanya memberitahu bahawa Allah telah mengampuni dosanya dan dia akan dimasukkan ke dalam syurga.


Itu adalah sebagai balasan kepada orang yang beriman, sedang penduduk negeri tersebut pula menerima balasan dari Allah dengan hanya satu pekikan sahaja, mereka mati sunyi sepi,seperti yang digambarkan dalam ayat ke-29:

Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja, maka seketika itu mereka mati. [36: 29]

Jelaslah pengajaran dari kisah ini bahawa orang yang sentiasa lari dan menidakkan kebenaran akhirnya akan binasa kerana kedegilan dan keengganan dirinya sendiri. Justeru itu, bilamana hadirnya kebenaran, terimalah dan peluklah ia kerana mungkin ia hadir kali itu sahaja. 

Friday, 14 October 2016

Ganbare!


Sudah tiga tahun mengenali bahasa jepun, mempelajarinya dan mengamalkannya (amalkan kah?), ternyata banyak sekali kotoba (perkataan) nya yang menarik hati. Yang membuatkan kita terfikir kembali. Itulah bahasa. Setiap bahasa punya keunikannya. Mempunyai nilai dan makna tersendiri. Bahasa jepun juga tidak terkecuali. 

頑張ります。

Ganbarimasu (baca: ganbarimas)

Dalam beribu ribu kotoba jepun yang ada, kotoba di atas sungguh sekali luar biasa. Kalau diterjemah sekali pun ke bahasa melayu kita, rasanya tidak ada perkataan yang sesuai untuk menggambarkan semangat yang dimiliki kotoba ini. Bagaimana nak menggunakan kotoba ini?

Ini contoh contoh situasinya.


"Minggu depan ada exam kan?"

Haik! GANBARIMASHOU!


Contoh lain,


"All the best Paper Car competition esok!"

"Yosh! GANBARIMASU!"


Contoh lain, lagi.


"Esok punya presentation, GANBATTE KUDASAI!"

"Yosh!"


Olimpik, Nippon GANBARE! *eh, tiba tiba*


Dan lain lain lagi.

Kalau diperhatikan setiap situasi di atas, pasti kalian dapat meneka apa maksud kotoba ini. Paling kurang pun, boleh lah sikit sikit faham maksud perkataan ganbarimasu ini. 

Tapi kenapa banyak pulak bentuk ganbarimasu, ganbarimasho, ganbatte kudasai, ganbare lagi? Tak apalah, kalau diterangkan bentuk bentuk perkataan ini, risau pula kalau post kali ini akan mengadakan kelas percuma bahasa jepun setahun, hihi. Bukan itulah fokus dan tujuan penulisan ini, sebaliknya ingin mengajak semua untuk memahami semangat dan roh  kotoba ini. Moga dapat kita amalkan tak dapat banyak, sedikit pun jadilah dalam kehidupan seharian kita.

Baiklah! Seperti yang dapat kita baca situasi di atas, ganbarimasu bermaksud apa apa perbuatan yang bakal kita lakukan, di mana apabila kita menuturkan perkataan ini, kita seolah olah berikrar yang kita akan meletakkan usaha sedaya upaya (put the efforts) kita dalam perbuatan tersebut. Mungkin perkataan bahasa melayu yang paling hampir maksud dengan ganbarimasu ini adalah 'berusaha'. Ya, itulah yang sehampirnya. 

Itulah mesej perkataan ini. Berusahalah dalam kehidupan seharian kita. Buatlah perkara sebaiknya. Lakukanlah termampu kita. Do our best and beat the rest. Hidup cuma sekali, so enjoy!  gunakanlah kesempatan yang ada ini untuk ganbarimasu dalam kehidupan kita. 

Misalnya, seorang pelajar yang menuntut ilmu. Pastinya akan terasa penat dan lelahnya belajar. Saat orang lain seronok bergelumang dalam selimutnya, kita pagi pagi lagi dah berhimpit himpit dalam densha (kereta api) demi menapak ke daigaku (universiti) sendiri. Di saat orang lain sedang menyediakan selimutnya dan menepuk nepuk bantal untuk tidur di waktu malam yang hening, kita masih lagi memutar mutar pensil/pen, mencari idea demi menyiapkan report experiment. Tidak mengapa, berusahalah!

Pasti di saat akhirnya, kita akan gembira melihat hasilnya.

Tapi, bagaimana pula di saat ada yang seronok tersenyum indah melihat keputusan examnya, kita pula bermuram durjana, menangis sepi, terduduk di ceruk bilik mengenangkan seiseki (keputusan) exam yang tak seberapa.

Ganbare! 

Dalam berusaha, pasti terasa penatnya. Pasti ada pengorbanannya. Pasti ada masa kita akan kecewa. Tapi, yakinlah! Allah pandang usaha kita. Ada masa hasilnya tertuai begitu subur. Namun, ada masa mungkin hasilnya tidak seberapa. Ketika itu, sedihlah, kecewalah, tapi tidak usah berlama lama dalam kegelapan itu. Kerana cahaya pasti akan menyuluh di hujungnya, maka kejarlah cahaya itu. 

Ganbare! 

Bezanya ganbarimasu dan ganbare adalah ganbarimasu merujuk kepada perbuatan itu sendiri. Manakala perkataan ganbare merujuk kepada tindakan seseorang menyuruh orang lain untuk ganbarimasu. Seseorang itu menyuruh kita berusaha. Pastinya dalam hidup kita ini, kita punya mereka yang sering katakan pada kita "ganbare!"

Jika direnung kembali, dari kecil kita dianugerahi ibu bapa dan keluarga yang sering menggalakkan kita dengan "ganbare!" Ada juga yang mendapat semangat ganbarimasu daripada cikgunya. Kita juga punya kawan kawan yang setia ganbarimasu dengan kita. Siapa pun mereka, kita pasti memiliki seorang yang setia menyokong kita. Yang support kita dan mengatakan pada kita, "Ganbare!"


Tapi, ingatlah Allah swt, pencipta kita juga menyuruh kita untuk ganbarimasu dalam hidup ini. Ganbare, ikhlas kerananya. Malah, sayang dan supportive nya Allah swt pada kita sehinggakan Dia senantiasa mengingatkan kita ganbarimasu dalam hidup ini, di dunia dan yang paling penting sekali, di akhirat sana. Allah dan Rasulnya, Muhammad saw sentiasa mengingatkan kita untuk jadikan dunia ini tempat kita ganbarimasu untuk mencapai rahmatNya di akhirat kelak.

Pastinya "Ganbare!" daripada Allah perlu disahut dan dibuktikan dengan perbuatan kita. Jika "Ganbare!" daripada insan sekeliling kita sahaja ingin kita buktikan dengan perbuatan, apatah lagi jika kita ingin buktikan 'ganbarimasu' kita pada Allah swt. Beribadahlah, beramallah dan jalankanlah tugas kita sebagai khalifah sebaiknya. "Ganbare!" dalam menjadi hamba Allah yang diredaiNya.

Dan apabila perkataan ini ingin digunakan dalam mengajak saya dan kita semua untuk ganbarimasu, maka bentuknya akan berubah sekali lagi, iaitu daripada ganbarimasu ke ganbarimashou!

Ayuhlah menjadi hamba Allah yang disayangiNya! Ganbarimashou! 頑張りましょう!

Friday, 7 October 2016

Autumn

Autumn.

       Satu persatu daun gugur menyembah bumi, bertukar warna. Mendung, hanya beberapa suara kanak-kanak yang sedang seronok bermain baseball di padang berdekatan kedengaran. Aku perlahankan langkah kaki, berjalan ke arah kerusi berdekatan.

***

        Beberapa hari jugak aku menyepi. Entah, kadang aku rasa aku tak ramai kawan. Bukan tak ada langsung, cuma ada time aku gembira je, bila susah semua lari. Kadang aku rasa diorang hanya berlakon. Buat baik hanya bila pertama kali berjumpa. Dan bila makin lama, makin aku kenal siapa mereka.

" Kenapa aku rasa aku macam tak ada kawan eh? Ada time perlu, time susah hilang. "  Lantang aku suarakan.

" Kenapa pula? Aku tak nampak macam tu pun? " Aiman memandang tepat ke arahku.
" Kau tak nampak, tapi aku yang rasa. "

" Mungkin sebab kau yang kurang spend masa dengan diorang? "

" Entah. Jangan tanya aku, tanya diorang. " Aku tamatkan perbualan. Malas melayan alasan demi alasan. Malas meletihkan emosi dengan amarah. Aku cepatkan langkah kaki menuju ke pintu bilik. Tombol pintu aku genggam dan hempas sekuatnya.

 

Ya, sejak akhir-akhir ni, semua perkara tak kena. Semua! Aku tahu aku kerap salahkan orang lain, aku tahu. Aku tahu aku yang patut muhasabah dengan apa yang berlaku, tapi aku buntu.

***

" Kalau boleh aku nak cepat-cepat graduate and balik malaysia. "

" Eh, kenapa pulak? Macam-macam kau ni, tiba-tiba je. "

" Aku rasa aku salah masuk course. Ni bukan course yang aku suka pun. Aku study, tapi aku tak betul-betul ikhlaskan diri aku untuk buat semua ni. Sebab ni bukan yang aku nak. "

" Aku tak faham. "

" Kan aku bagitau tadi, ni bukan yang aku nak. Aku dapat result ok, dan semua orang ingat aku ok dengan study. Tapi sebenarnya, aku sendiri tak rasa apa yang aku belajar ni sesuai dengan aku. Ni bukan yang aku nak. "


Aiman hanya tersenyum.

" Kalau tu bukan yang kau nak, tapi yang tu juga yang Allah nak untuk kau? "

Dia sambung,
" Apa kau boleh buat untuk halang? " kali ni senyumannya sinis.

" Macam mana kau masih boleh was-was dengan apa yang Allah tentukan untuk kau, lepas 4 tahun kau masuk course ni? Macam mana kau masih boleh was-was sedangkan setiap hari kau mengaku Allah lah yang kau sembah? "

" Man.. " Ya, aku kelu.

" Kalau kau dah dapat jawapan dari soalan aku tadi, kau boleh bagitau aku secepat mungkin. " Sinis jawapan Aiman. Dia laju berjalan ke arah pintu bilik.

Sebelum dia menutup pintu bilik, sempat dia menyambung,
" Aku tak sabar tunggu jawapan kau. "

***
Autumn.

Petang tu aku keluar berjalan ke taman berdekatan. Soalan Aiman masih berlegar dalam kepala. Jawapannya jelas, kerana aku masih was-was dengan segala takdir. Aku masih bermain tarik tali dengan apa yang Allah tetapkan.

Aku sebenarnya bukan tak ada kawan. Tapi kalau hubungan dengan Allah pun aku terumbang ambing, macam mana aku boleh ada rasa nak ada hubungan baik dengan manusia? Aku ingat lagi, kata naqib aku,

" Hubungan dengan Allah sangat special. Bila tujuan hidup kita ke arahnya,kerana akhirat, hal-hal dunia sebenarnya sangat kecil di kaca mata kita. Bila kita kejar akhirat, yang dunia  pun kita akan dapat. "

Tapi aku? Ahh, malas untuk aku  bicara banyak. Aku terlalu jauh.  Orang lain pun nampak aku jauh dariNya, apatah lagi diri yang merasa ni. Tapi aku sangat kagum dengan Autumn. Satu persatu daunnya gugur menyembah bumi, bertukar warna. Seperti yang setiap manusia perlu ada, membersihkan diri dari segala jahiliyyah yang ada. Autumn seakan mengajar aku untuk benar-benar menyediakan hati yang suci untuk lebih dekat denganNya. Pokok yang menggugurkan daunnya, dan menumbuhkannya semula. Menggugurkan segala kotoran dari diri, dan menjadi yang lebih baik dari aku yang semalam.

Oh, ya. Aku dapat kunci segala masalah yang aku ada.



" Bina cinta dengan Pencipta. "

Ramai yang solat, tapi tak ramai yang rasa cinta pada Pencipta hingga buat dia lebih kuat dari sebelumnya. Ramai orang rasa yang dia dah gembira dengan kehidupan sekarang, tapi dia terlupa ada satu rasa cinta yang belum dia balas, belum dia nikmati.


" Bina cinta dengan Pencipta. "

Dan kali ini Autumn mengajar aku satu rasa. Rasa ingin menghadirkan diri padaNya dengan hati yang suci. Yappari, tak ada satu pun yang Dia cipta sia-sia, termasuk Autumn.  Pandanglah kehadiran Autumn dengan kaca mata hamba bukan manusia, kau akan dapat rasa apa kata Sang Pencipta.